Ahlan Wa Sahlan Mitra Anda dalam Berwawasan

SEJARAH MUHAMMADIYAH : Meliberalkan Muhammadiyah (Bagian 3)

Judul: SEJARAH MUHAMMADIYAH : Meliberalkan Muhammadiyah (Bagian 3)
Penulis: Abu Mujahid
Penerbit: Toobagus Publishing
Cetakan: -
Ukuran: 17.3 x 24.8 cm
Halaman: -
ISBN: 978-602-1653-03-6
Jenis Cover: Soft Cover
Harga: Rp. 70.000,- Rp. 56.000,-



Pecahnya Masyumi, Pemilihan Umum 1955, Muhammadiyah Berkampanye,
Kekalahan Partai-Partai Islam, Pemberontakan PRRI/Permesta, NASAKOM,
Penyiksaan Tokoh-Tokoh Muhammadiyah,
Teori-Teori tentang Gerakan 30 September 1965,
Pembantaian Massal Anggota dan Simpatisan PKI, Muhammadiyah dan Parmusi,
Kepemimpinan Pak AR, Amien Rais Versus Presiden Soeharto, PAN,
Meliberalkan Generasi Muda Muhammadiyah, Pragmatisme ala Din Syamsuddin.

 
Pada satu masa, Muhammadiyah pernah bangga bahwa salah seorang tokoh mereka pernah mentas di tingkat nasional, memegang peran yang tidak kecil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada 1990-an kebanggaan seperti itu kembali meruap, ketika mereka bersama-sama menyaksikan apa yang dilakukan oleh Amien Rais terhadap pemerintahan Orde Baru. Ketika orang-orang ramai tiarap, menghindar dari represi Presiden Soeharto, Amien Rais berdiri menggelindingkan ide suksesi kepemimpinan nasional. Banyak wartawan waktu yang sepakat bahwa “urat ketakutan” Amien Rais telah putus.

Publik kemudian melihat Presiden Soeharto jatuh pada Mei 1998. Sebagian warga Muhammadiyah percaya, jatuhnya Soeharto adalah akibat bola yang dilemparkan Amien Rais ke tengah rakyat Indonesia. Buat Muhammadiyah, dan sebagian yang lain, Amien Rais, Ketua PP. Muhammadiyah waktu itu, adalah Bapak Reformasi.

Akan tetapi, mereka yang percaya dengan fakta-fakta sejarah mesti akan sepakat bahwa Muhammadiyah adalah ormas Islam yang tak pernah becus dalam berpolitik di Indonesia. Setelah pernah membesarkan Masyumi pada tahun-tahun pertama kemerdekaan dulu, Muhammadiyah sempat ingin bereksperimen dengan Partai Muslimin Indonesia atawa Parmusi. Eksperimen itu gagal. Tokoh-tokoh Muhammadiyah kembali fokus membenahi diri dan ormas mereka, sampai kemudian datang reformasi. Kali ini, mereka berusaha berpolitik lewat PAN dan Amien Rais mereka.

Bagian terakhir buku sejarah tentang perjalanan Muhammadiyah di tingkat nasional ini berusaha menyajikan sejumlah fragmen sejarah politik tokoh-tokoh Muhammadiyah. Dan barangkali kita akan sepakat: yang seperti mereka akan terus lahir dari tengah Muhammadiyah, mengisi gelanggang politik negara kita tanpa melepaskan ikatan emosional mereka dari Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
.